Apabila kita mendengar kata radiasi nuklir atau unsur-unsur radioaktif, yang terbayang dalam benak kita adalah ledakan bom atom, orang yang terkena kanker dan bayangan-bayangan mengerikan lainnya. Padahal, kalau kita membaca buku fisika atau kimia mengenai radiasi nuklir dan partikel radioaktif (radionuklida), kita akan tahu bahwa sebenarnya yang kita makan, kita hirup dan kita serap sehari-hari juga mengandung hal2 itu.Jadi radiasi nuklir atau partikel radioaktif bukanlah semata-mata sesuatu yang terpendam di bumi dan diambil orang untuk membuat bom atom atau untuk mencemari lingkungan dengan air radioaktif, seperti yang banyak dipropagandakan. Di alam, radiasi dan radionuklida adalah sesuatu yang biasa. Adapun radiasi alam terdiri dari dua jenis, yaitu radiasi primordial (radiasi yang berasal dari dalam bumi) dan radiasi kosmogenik yaitu radiasi yang berasal dari luar bumi. Semenjak pembentukan bumi, kedua jenis radiasi ini sudah ada. Karena itu tidak aneh kiranya kalau radiasi merupakan bagian dari kehidupan kita.
Radiasi dari sinar kosmis matahari, diserap oleh atmosfer kita dan diubah menjadi radiasi kosmik sekunder yang energinya lebih rendah. Karena itu syukur saja kita masih punya atmosfer, dan semoga tidak akan rusak. Akibat reaksi inti yang terjadi di atmosfer bumi, diperoleh radionuklida2 yang turun ke bumi dalam bentuk salju, angin maupun hujan. Adapun diantara radionuklida2 tersebut, yang erat kaitannya dengan lingkungan hidup adalah karbon -14. Karbon-14 ini terkenal karena sering digunakan untuk menentukan umur suatu fosil. Setelah sampai di atmosfer bumi, C-14 ini akan bereaksi dengan oksigen sehingga menghasilkan karbon dioksida. Melalui proses fotosintesis pada tanaman, akan dihasilkan karbohidrat. Melalui karbohodrat inilah, C-14 akan masuk ke dalam tubuh manusia maupun hewan. Dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa manusia, hewan maupun tumbuhan akan selalu mengkonsumsi partikel radioaktif. Ketika makhluk-makhluk itu mati, C-14 yang ada di dalam tubuh akan meluruh dengan waktu paro 5.730 tahun. (waktu paro itu adalah waktu yang diperlukan supaya aktivitas radionuklida yang bersangkutan menyusut menjadi setengah aktivitas mula-mula).
Berbeda dengan radiasi yang telah dibahas di atas, radiasi primordial dibentuk seiring dengan pembentukan bumi (sebenarnya karbon 14 yang terbentuk akibat radiasi kosmogenik ujung-ujungnya bakal mengumpul di dalam bumi juga dan menjadi radiasi primordial). Karena itu tidak usah heran kalau berbagai jenis mineral, pasir dan batuan di bumi mengandung radiasi juga. Adapun kandungannya di tiap daerah berbeda-beda. Contohnya adalah pasir monoazite yang ada di India dan di Brazil memberikan radiasi alam paling tinggi ketimbang tempat lain di seluruh dunia. Menurut hasil pengukuran yang dilakukan pada penduduk disana, dosis rata-rata yang diterima oleh seluruh tubuh pada kedua daerah tersebut mencapai 12 rem setahun. (rem adalah satuan yang menunjukkan energi radiasi yang diserap medium, dalam hal ini jaringan tubuh manusia). Adapun sumbernya adalah pasir monoazite dan batuan lokal.
Melalui pernapasan, manusia menghirup gas radon dan thoron yang ada di udara, yang merupakan hasil peluruhan deret uranium dan deret thorium. Gas itu berasal dari batuan yang mengandung uranium maupun thorium. Melalui aktivitas makan dan minum, manusia memasukkan karbon-14 dan kalium 40 ke dalam tubuhnya. Dosis kedua radionuklida itu, walaupun rendah masih juga dapat terdeteksi. Kalium 40 terdapat dalam darah dan gonad, sedangkan karbon 14 umumnya terdapat dalam jaringan kulit lunak.
Makanan yang banyak mengandung radionuklida primordial adalah biji-bijian seperti beras, gandum dan jagung, sedangkan buah-buahan, sayuran dan susu sapi mengandung radiasi alam yang lebih sedikit. Dengan demikian, pola makan akan menentukan besarnya dosis radiasi alam dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, pola makan orang Inggris akan memberikan dosis sebesar 4 mRem setahun. Dosis ini diukur pada gonadnya.
Dengan demikian, seharusnya kita tidak terlalu takut mendengar kata radioaktif. Sebab tubuh kita sendiri juga berisi unsur2 radioaktif. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah dosisnya. Apabila seseorang bekerja di reaktor nuklir, dosis radiasi dalam tubuhnya selalu dicek. Apabila jumlahnya melampaui Nilai Batas Radiasi yang bersangkutan, dia tidak boleh bekerja lagi. Adapun nilai batas radiasi berbeda-beda bagi tiap pekerja, apakah dia orang yang mendapat penyinaran di seluruh tubuh, wanita dalam usia subur, wanita hamil, orang yang mendapat penyinaran lokal, dan para pekerja magang. Nilai Batas Radiasi ini bukan hanya penting untuk pekerja reaktor saja, namun juga penting untuk para pasien yang mendapat pengobatan nuklir. Apabila kita difoto rontgen, maka sebenarnya saat itu kita sedang disinari dengan radiasi pengion yang mempunyai efek sama dengan radiasi nuklir sinar gamma. Dan tentu ini tidak menjadi masalah, asal jangan terlalu banyak disinarinya.
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan harapan saya, semoga air radioaktif yang mengalir dari reaktor Kashiwazaki itu hanya mengandung radionuklida dengan radiasi rendah, sebagaimana yang telah diberitakan. Dengan demikian air radioaktif itu tidak akan menumbulkan pengaruh apa-apa bagi penduduk Jepang maupun penduduk laut. (Sumber : Radioekologi, Wisnu Arya Wardhana, Andi Offset, 1996.)
*Selama ini pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dilaksanakan atas dasar Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom
Sumber : forumkimia.multiply.com
Radiasi dari sinar kosmis matahari, diserap oleh atmosfer kita dan diubah menjadi radiasi kosmik sekunder yang energinya lebih rendah. Karena itu syukur saja kita masih punya atmosfer, dan semoga tidak akan rusak. Akibat reaksi inti yang terjadi di atmosfer bumi, diperoleh radionuklida2 yang turun ke bumi dalam bentuk salju, angin maupun hujan. Adapun diantara radionuklida2 tersebut, yang erat kaitannya dengan lingkungan hidup adalah karbon -14. Karbon-14 ini terkenal karena sering digunakan untuk menentukan umur suatu fosil. Setelah sampai di atmosfer bumi, C-14 ini akan bereaksi dengan oksigen sehingga menghasilkan karbon dioksida. Melalui proses fotosintesis pada tanaman, akan dihasilkan karbohidrat. Melalui karbohodrat inilah, C-14 akan masuk ke dalam tubuh manusia maupun hewan. Dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa manusia, hewan maupun tumbuhan akan selalu mengkonsumsi partikel radioaktif. Ketika makhluk-makhluk itu mati, C-14 yang ada di dalam tubuh akan meluruh dengan waktu paro 5.730 tahun. (waktu paro itu adalah waktu yang diperlukan supaya aktivitas radionuklida yang bersangkutan menyusut menjadi setengah aktivitas mula-mula).
Berbeda dengan radiasi yang telah dibahas di atas, radiasi primordial dibentuk seiring dengan pembentukan bumi (sebenarnya karbon 14 yang terbentuk akibat radiasi kosmogenik ujung-ujungnya bakal mengumpul di dalam bumi juga dan menjadi radiasi primordial). Karena itu tidak usah heran kalau berbagai jenis mineral, pasir dan batuan di bumi mengandung radiasi juga. Adapun kandungannya di tiap daerah berbeda-beda. Contohnya adalah pasir monoazite yang ada di India dan di Brazil memberikan radiasi alam paling tinggi ketimbang tempat lain di seluruh dunia. Menurut hasil pengukuran yang dilakukan pada penduduk disana, dosis rata-rata yang diterima oleh seluruh tubuh pada kedua daerah tersebut mencapai 12 rem setahun. (rem adalah satuan yang menunjukkan energi radiasi yang diserap medium, dalam hal ini jaringan tubuh manusia). Adapun sumbernya adalah pasir monoazite dan batuan lokal.
Melalui pernapasan, manusia menghirup gas radon dan thoron yang ada di udara, yang merupakan hasil peluruhan deret uranium dan deret thorium. Gas itu berasal dari batuan yang mengandung uranium maupun thorium. Melalui aktivitas makan dan minum, manusia memasukkan karbon-14 dan kalium 40 ke dalam tubuhnya. Dosis kedua radionuklida itu, walaupun rendah masih juga dapat terdeteksi. Kalium 40 terdapat dalam darah dan gonad, sedangkan karbon 14 umumnya terdapat dalam jaringan kulit lunak.
Makanan yang banyak mengandung radionuklida primordial adalah biji-bijian seperti beras, gandum dan jagung, sedangkan buah-buahan, sayuran dan susu sapi mengandung radiasi alam yang lebih sedikit. Dengan demikian, pola makan akan menentukan besarnya dosis radiasi alam dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, pola makan orang Inggris akan memberikan dosis sebesar 4 mRem setahun. Dosis ini diukur pada gonadnya.
Dengan demikian, seharusnya kita tidak terlalu takut mendengar kata radioaktif. Sebab tubuh kita sendiri juga berisi unsur2 radioaktif. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah dosisnya. Apabila seseorang bekerja di reaktor nuklir, dosis radiasi dalam tubuhnya selalu dicek. Apabila jumlahnya melampaui Nilai Batas Radiasi yang bersangkutan, dia tidak boleh bekerja lagi. Adapun nilai batas radiasi berbeda-beda bagi tiap pekerja, apakah dia orang yang mendapat penyinaran di seluruh tubuh, wanita dalam usia subur, wanita hamil, orang yang mendapat penyinaran lokal, dan para pekerja magang. Nilai Batas Radiasi ini bukan hanya penting untuk pekerja reaktor saja, namun juga penting untuk para pasien yang mendapat pengobatan nuklir. Apabila kita difoto rontgen, maka sebenarnya saat itu kita sedang disinari dengan radiasi pengion yang mempunyai efek sama dengan radiasi nuklir sinar gamma. Dan tentu ini tidak menjadi masalah, asal jangan terlalu banyak disinarinya.
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan harapan saya, semoga air radioaktif yang mengalir dari reaktor Kashiwazaki itu hanya mengandung radionuklida dengan radiasi rendah, sebagaimana yang telah diberitakan. Dengan demikian air radioaktif itu tidak akan menumbulkan pengaruh apa-apa bagi penduduk Jepang maupun penduduk laut. (Sumber : Radioekologi, Wisnu Arya Wardhana, Andi Offset, 1996.)
*Selama ini pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dilaksanakan atas dasar Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom
Sumber : forumkimia.multiply.com